uwie
Nama : Yuli Komalasari
Kelas : 3ea10
NPM : 11208327
Tugas Bahasa Indonesia

Latar Belakang Masalah

Setelah proses membaca selesai kita terkadang membayangkan dan berimajinasi tentang apa yang telah dibaca, dalam proses membaca kajuian yang kita dapatkan hanya sebatas teoritis dan belum termasuk dalam hal praktis. Setelah proses membaca usai otak memprosesnya menjadi suatu khayalan, tingkat khayalan yang peertama adalah khayalan tanpa sadar dari buku yang telah di baca secara harfiah dapat disebut sebagai berpikir. Pada tingkat yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dabn bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Dalam dalam proses penalaran data atau fakta yang digunakan boleh benar dan tidak benar, karena penalaran dapat bekerja apabila terdapat dua hal yang berbeda. Pada konsepnya penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Dalam prosesnya, penalaran dibedakan menjadi dua yaitu penalaran induktif dan deduktif.

Masalah

Bagaimana proses penalaran?
Bagaimana berpikir secara deduktif dan induktif serta apa saja jenis-jenisnya?

Penjabaran Isi

Proposisi adalah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat. Dengan demikian, proposisi pasti berbentuk kalimat, tetapi tidak setiap kalimat dapat digolongkan ke dalam proposisi. Hanya kalimat berita netral yang dapat disebut proposisi. Kalimat Tanya, kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inverse tidak dapat disebut proposisi. Kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
Kalimat berikut ini bukan proposisi
a. Bangsa burungkah ayam ?
b. Mudah-mudahan Indonesia menjadi makmur.
c. Berdirilah kamu di pinggir pantai
Kalimat-kalimat itu dapat diubah menjadi proposisi sebagai berikut :
a. Ayam adalah burung
b. Indonesia menjadi makmur
c. Kamu berdiri di pinggir pantai.

Macam-macam Proposisi
Berdasarkan pengertian tentang term, maka proposisi dapat pula dibatasi sebagai pernyataan tentang hubungan antara term-term. Dari kualitasnya hubungan itu mungkin berisi pembenaran (positif), yaitu menyatakan danya hubungan antara term-term; atau bersifat mengingkari (negatif), artinya menyatakan tidak adanya hubungan antara term-term.
Proposisi dapat di golongkan berdasarkan beberapa kriteria :
• Menurut bentuknya, proposisi dapat dibedakan sebagai ptoposisi yang hanya berisi satu pernyataan saja. Sedangkan proposisi majemuk merupakan gabungan antara dua proposisi tunggal atau lebih.
Contoh :
Tunggal : semua manusia fana.
Setiap calon mahasiswa harus mengikuti ujian seleksi.
Majemuk : semua manusia fana dan pernah lupa
Tidak seorangpun siswa SLA menjadi anggota Senat Guru Besar ITB dan IPB
Proposisi “Semua manusia fana dan pernah lupa” sebenarnya merupakan gabungan dua proposisi tunggal, yaitu “Semua manusia fana” dan “Semua manusia pernah lupa”. Karena kedua proposisi itu positif, maka gabungannya merupakan proposisi majemuk kopulatif sedangkan “Tidak seorangpun siswa SLA menjadi Senat Guru Besar ITB dan IPB” merupakan himpunan dua proposisi tunggal negative, yaitu “Tak seorang pun siswa SLA menjadi anggota Senat Guru Besar IPB”. Gabungan seperti itu merupakan proposisi majemuk rimotif.
• Menurut sifat pembenaran atau pengingkaran hubungan antara subjek (S) dan predikat (P), proposisi mungkin merupakan proposisi kategoris atau proposisi kondisional. Jika hubungan itu tanpa syarat, proposisi digolongkan menjadi proposisi kategoris, dan sebaliknya. Jika disertai syarat, proposisi termasuk ke dalam proposisi kondisional.
Contoh :
Kategoris : Sebagian manusia hidup makmur
Kondisional : Jika mutu makanan ayam diperbaiki, telur yang dihasilkan lebih bermutu.
Proposisi kondisional dapat dibagi lagi menjadi proposisi kondisional hipotesis dan proporsi kondisional disjungsif. Proposisi kondisional dan hipotesis akan dibahas lebih lanjut ke dalam subbab pernalaran deduktif.
• Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dibedakan menjadi proposisi universal dan proposisi khusus (partikular, particular). Pada proposisi universal, predikat membenarkan atau mengingkari sebagian saja. Ungkapan untuk menyatakan proposisi universal antara lain : semua, seluruh, tiap-tiap, setiap kali, masing-masing, selalu, tidak satu pun, tidak pernah, dan tidak seorang pun. Untuk proposisi partikular biasanya dpergunakan kata-kata seperti : sebagian, banyak, kebanyakan, sering, kadang-kadang, dan dalam keadaan tertentu, beberapa.

• Selanjutnya menurut kualitas dan kuantitasnya dapat digolongkan-golongkan sebagai berikut:
 Proposisi universal positif (affirmative), di dalam logika diberi symbol A
 Proposisi universal negative, di dalam logika diberi symbol E
 Proposisi partikular positif, di dalam logika diberi symbol I
 Proposisi partikular negative, di dalam logika diberi symbol O
Contoh :
A : Semua mahasiswa adalah lulusan SMTA.
Semua karya ilmiah mempunyai daftar pustaka.
E : Tidak satu pun siswa SLA menjadi anggota Senat Guru Besar IPB.
Tidak seorang mahasiwasa pun lulusan SMTP.
I : Beberapa petani memilki traktor.
Sebagain perguruan tinggi dikelola oleh yayasan.
O : Sebagian mahasiswa tidak pernah melakukan KKN.
Sebagian perguruan tinggi tidak dikelola oleh yayasan.

Penalaran deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Penarikan simpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.

Menarik Simpulan secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang ditarik dari dua premis disebut simpulan tak langsung.

Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
Pernalaran deduksi yang berupa penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuan yang semua orang tahu, umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa berakar serabut.

Beberapa jenis pernalaran deduksi secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu silogisme dan entimen.
• Silogisme
Silogisme merupakan suatu cara pernalaran yang formal. Pernalaran dalam bentuk ini jarang ditemu,kan/dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar. Misalnya ucapan “Ia dihukum karena melanggar peraturan “X”, sebenarnya dapat kita kembalikan ke dalam bentuk formal berikut:
Barang siapa melanggar peraturan “X” harus dihukum
Ia melanggar peraturan “X”
Ia harus dihukum.
Bentuk seperti itulah yang disebut silogisme. Kalimat pertama (premis mayor) dan kalimat kedua (premis minor) merupakan pernyataan dasar untuk menrik kesimpulan (kalimat ketiga).

Silogime kategorial
Yang dimaksud dengan silogisme kategorial adalah silogime yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.

Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Kalau premisnya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Silogisme alternative
Silogisme alternative adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternative. Kalu premis minornya membenarkan salah satu alternative, simpulannya akan menolak alternative yang lain.
Contoh :
Pelakunya seorang bekas pelaut atau bekas anggota gerombolan.
Kita akan menlanjutkan diskusi ini atau bubar saja.

• Entimen
Pada dasarnya silogisme jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan. Bentuk yang biasa ditemukan dan dipakai ialah bentuk entimen. Entimen ini pada dasarnya adalah silogisme. Tetapi, di dalam entimen salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh:
Semua pelajar adalah orang yang berilmu
Nina adalah seorang pelajar
Jadi, Nina adalah orang yang berilmu

Penalaran induktif
Metode penalaran induktif adalah adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.

Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Suatu genralisasi mencakup cirri-ciri esensial atau yang menonjol, bukan rician. Di dalam pengembangan karangan, genralisasi perlu ditunjang atau dibuktikan dengan fakta-fakta, contoh-contoh, data stastistik, dan sebagainya yang merupaka spesifikasi atau cirri khusus senbagai penjelasan lebih lanjut.

Analogi
Kita dapat membandingkan sesuatu dengan lainnya berdasarkan atas persamaan yang terdapat di antara keduanya. Kita mungkin menyebut sutau bau yang sedap sebagai “bau bunga melati atau bau 4711”. Perbandingan seperti itu dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu yang baru berdasarkan persamaannya dengan sesuatu yang telah dikenal. Hasilnya tidak memberikan kesimpulan atau pengetahuan yang baru. Perbandingan demikian disebut analogi penjelas (deklaratif).
Analogi yang dimaksudkan di sini bukan anlogi penjelas seperti di atas, melainkan analogi induktif. Artinya, suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan/refensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memilki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan. Dengan demikian, untuk mengemukakan persamaan yang dipakai sebagai dasar kesimpulan benar-benar merupakan cirri-ciri esensial penting yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan. Sebagai contoh, misalnya kesimpulan beberapa ilmuwan yang mengatakan bahwa anak kera dapat diberi makan seperti anak manusia berdasarkan persamaan yang terdapat diantara system pencernaan anak kera dan anak manusia. Kesimpulan itu merupakan analogi induktif yang sah, karena yang dipakai sebagai dasar kesimpulan (system pencernaan) merupakan cirri esensial yang berhubungan erat dengan kesimpulan (cara memberi makan).
Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut :
1. Ananlogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2. Analogi digunakan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3. Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.

Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-jalan becek. Ia kena kanker darah dan meninggal dunia. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antarmasalah, yaitu sebagai berikut:

Sebab-Akibat
Sebab-akibat berpola A menyebabkan B. di samping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.

Akibat-Sebab
Penalaran dari akibat ke sebab dimulai dari suatu akibat yang diketahui. Berdasarkan akibat tersebut dipikirkan apa yang mungkin menjadi penyebabnya. Penalaran dari akibat ke sebab dipergunakan dalam penelitian expose facto, misalnya untuk menentukan penyebab kematian/kecelakaan, dan lain-lain. Cerita-cerita detektif dan proses peradilan merupakan contoh lain yang jelas untuk penalaran akibat ke sebab.
Akibat-sebab ini dapat kita lihat juga pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi, dalam penalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.

Akibat-Akibat
Akibat-akibat adalah suatu pernalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain.

Salah Nalar
Gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut salah nalar. Salah nalar ini disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya. Apabila kita perhatikan beberapa kalimat dalam bahasa Indonesia secara cermat, kadang-kadang kita temukan beberapa pernyataan atau premis tidak masuk akal. Kalimat-kalimat yang seperti itu disebut kalimat dari hasil salah nalar. kesalahan yang kita persoalkan di sini adalah kesalahan yang berhubungan dengan proses pernalaram yang kita sebut salah nalar. pembahasan ini akan mencakup dua jenis kesalahan menurut penyebab utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan informal dan kesalahan karena materi dan proses pernalarannya yang merupakan kesalahan formal.

Kesalahan Informal
Sebagai sarana terutama pernalaran ilmiah bahasa mengandung banyak kelemahan. Kata-kata kerap kali kabur, tidak tegas maknanya, sehingga dapat diartikan bermacam-macam. Demikian juga kalimat sering kali dapat ditafsirkan dengan berbagai cara. Perhatikanlah kalimat-kalimat berikut:
(1). Kesadaran bela Negara merupakan perwujudan rasa cinta kepada tanah air.
(2). Cinta seorang ibu kepada anaknya tak dapat diukur dengan materi.
(3). Anak dosen yang cantik itu adalah mahasiswa UT.
(4). Mugi berkata pada teman Sita bahwa ia harus berangkat sekarang juga.
Kesalahan informal biasanya dikelompokan sebagai relevansi. Kesalahan ini terjadi apabila premis-premis tidak mempunyai hubungan logis dengan kesimpulan.

Kesalahan Formal
Kesalahan ini berhubungan erat dengan materi dan proses penarikan kesimpulan baik deduktif maupun induktif.
a. Kesalahan Induktif
Kesalahan induktif terjadi sehubungan dengan proses induktif. Kesalahan ini mungkin merupakan kesalahan generalisasi, hubungan sebab akibat, dan analogi.
b. Kesalahan Deduktif
Kesalahan deduktif lainnya ialah kesalahan term ke empat. Dalam hal ini term tengah dalam premis minor tidak merupakan bagian dari term mayor pada premis mayor atau memang tidak ada hubungan antara kedua pernyataam.

Kesimpulan 

Dari uraian di atas ini dapat dikatakan bahwa proposisi itu harus terdiri atas subjek dan predikat yang masing-masing dapat diwujudkan dalam kelompoknya sehingga dapat dilihat hubungan kelompok subjek dan kelompok predikat. Dalam hal hubungan kelompok predikat dalam proposisi, seorang ahli logika bangsa Swiss, Euler, yang hidup pada abad XVIII mengemukakan konsepnya dengan empat jenis proposisi dengan lima macam posisi lingkaran. Lingkaran itu disebut Euler.

Penalaran deduktif dan penalaran induktif adalah dua jenis penalaran yang mempunyai sifat bertolak belakang. Dimana Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang umum. Sedangkan penalaran induktif penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernytaan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.

Daftar Pustaka

http://ebookgratisan.net/bab-viii-aspek-penalaran-dalam-karangan#
http://utlia.wordpress.com/2010/02/26/penalaran-induktif/
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran

0 Responses

Posting Komentar